Jumat, 27 Januari 2012

Di Antara Uang dan Cinta Palsu

2


Lucu juga memahami denyut hati memasuki 20 September-  liburan panjang yang terpaksa (liburan resmi nasional sampai 13 September sudah cukup panjang masih ditambah   liburan anak sekolah sampai 19 September)  membuat semua orang ikut-ikutan libur seperti anak sekolah. Dan begitulah  tgl. 20 September ini merasa seperti anak-anak yang antusias untuk masuk sekolah setelah liburan panjangnya.
Senin itu di kantor Plangi aktivitas diawali dengan acara silaturahmi,  ramai bermaaf-maafan termasuk dengan yang jarang-jarang bicara….kembali ke titik Nol. Monday Miting mencontohkan pencapaian portfolio kelolaan Datuk K yang sudah puluhan Milyar yang berarti income ratusan juta/bulan yang ternyata juga berarti bini boleh nambah.
http://baltyra.com/wp-content/uploads/2011/02/cintapalsu.jpgDatuk K dengan “bijak” berkilah,  “yang penting kita punya uang buat biayain, jangan cuman buat bini satu aja gak punya apa-apa. Income saya ini  bukan lagi berarti ngangkut isi Giant tapi juga beliin apartemen dan ngangkut isi showroom mobil.”
Topik dilanjutkan kepada review performance masing-masing terutama yang sudah lama bergabung (4 tahun sesuai dengan tahun berdiri perusahaan), ada tiga nama yakni Ari, Titi dan Dendi. Titi dan Dendi  sudah bisa beli beberapa rumah dan mengendarai mobil mewah sementara Ari masih jalan di tempat.
Ada kelemahan Ari yang saya temukan gara-gara dia sering ngerecokin saya buat nulis petualangan dia dari satu ranjang ke ranjang lain, “Elo kan suka nulis, gue rasa sih kalo kisah gue diangkat pasti tulisan lo bakalan melejit. Coba lihat nih fesbuk gue, cewe-cewe ini (sembari nunjukin foto mereka) baru dua hari dah mau gue tidurin.”
Beberapa kali saya cuekin dia mendesak terus hingga akhirnya saya sedikit “takjub” juga bagaimana cewek-cewek itu bisa begitu cepat menyerah, “Elo bayar ya?” Dengan senyum-senyum dia menganggukan kepalanya.  “Dasar semprul, kalo gitu mah enggak mengherankan-ogah akh nulis seperti itu,” kataku. Makanya waktu namanya disebut-sebut, aku katakan kepadanya, “Duit lu dah jadi angin.”
Habis makan siang yang ditraktir Kendi, saya dan Liza meluncur ke kantor Mega Kuningan – suasana sama meriahnya padahal di sini kebanyakan warga Singapura tapi mereka berbaur dan memahami budaya Indonesia. Menelpon sana-sini masih sekedar silaturahmi saja, relasi banyak yang masih “error” akibat liburan panjang.
Yang ada malah jadi sibuk mendengar curhatan Jana -baru tau kalau Jana yang cantik sedang proses cerai dengan suaminya. Penyebabnya adalah kesenjangan pendapatan (kayak artis aja ya) Jana termasuk superior di kantor sehingga bisa memiliki properti dan kendaraan mewah dan suaminya masih dalam taraf pekerja biasa.
Jana tak pernah mempersoalkan materi, toh semua sudah dimiliki tak penting siapa yang beli tapi jiwa inferior suami bikin sang suami sering marah dan melampiaskan kemarahan pada benda-benda sekeliling. Jangankan perabot biasa bahkan kaca jendelapun hancur kena bogem mentah sang suami, puncaknya saat suami marah dan menendang pintu tanpa tahu kalau Jana ada di balik pintu.

Muka Jana yang cantik sempat membengkak seperti semangka sementara rahang Jana bergeser terkena dentaman pintu hingga keluarga membawa perkara ini ke Polisi dan mendesak untuk segera mengajukan tuntutan perceraian.
Pembicaraan beralih kepada fakta baru tentang Mira dan Sisi dua sahabat di kantor yang ternyata terlibat cinta sejenis. Sisi  terima cinta Mira hanya demi uang padahal Sisi sebenarnya wanita hetero.
Di belakang Mira, Sisi akhirnya menjalin hubungan dengan seorang pria tapi dia tak mau kehilangan uang saku dari Mira, maka jadilah Jana yang sedang sendiri itu dijadikan tameng oleh Sisi jika tak ingin bertemu dengan Mira. Jana lama-kelamaan kesal juga dijadikan tameng, salah-salah dikirain dia lines juga mana dia sendiri sedang sibuk dengan masalahnya sendiri, akhirnya dia menjauhi Mira dan Sisi.

Saya jadi geleng-geleng kepala, seharian ini ternyata malah bertemu fakta bahwa di metropolitan – cinta dan uang tak dapat dipisahkan….ironis memang uang berlimpah selain bisa buat beli apartemen, rumah mewah dan mobil mewah sekaligus juga bisa membeli cinta yang ternyata palsu.
Padahal saat  hari Minggu nonton acara Pemburu di Trans 7 berkisah tentang pencari kayu bakar yang bercucuran keringat bekerja seharian di hutan bahkan kadangkala harus bertaruh nyawa (ada yang jatuh dari pohon dan saat ini lumpuh total), cuman buat dapetin Rp. 12.000.-.
Makanya menyayangkan ada sosok seperti suami Jana yang tak bisa mensyukuri nikmat dan malah berkutat dengan ego yang tak jelas juntrungannya.  Memang benar ujar bijak yang dikutip  Datuk K…”semua memerlukan uang tapi belum tentu uang bisa membeli semua”. Jadi?? Kembali mengutip Datuk K…”ya lebih baik punya uang daripada tidak.”



2 komentar:

Posting Komentar